Pencitraan otak merupakan prosedur medis yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai struktur dan fungsi otak secara detail. Pemeriksaan ini menjadi salah satu komponen penting dalam penegakan diagnosis dan penentuan tata laksana berbagai penyakit saraf, termasuk stroke, tumor otak, serta pendarahan intrakranial. Dua modalitas utama yang digunakan dalam pencitraan otak saat ini adalah Computed Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), yang masing-masing memiliki karakteristik, indikasi, serta keunggulan berbeda.
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Selamet Budi Kurniawan, S.Tr.Kes, seorang radiografer dari RS Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, dalam Podcast Snack Time Episode 104 yang berlangsung pada Kamis, 27 November 2025 di Studio Mini Puskesmas Kramat Jati, Jakarta Timur. Dalam paparannya, beliau menjelaskan secara jelas mengenai perbedaan mendasar antara CT Scan dan MRI, meliputi prinsip kerja alat, kebutuhan klinis, serta persiapan pasien sebelum pemeriksaan.
CT Scan bekerja dengan memanfaatkan radiasi sinar-X yang diproses secara digital untuk menghasilkan citra otak dengan resolusi tinggi. Pemeriksaan ini tersedia dalam dua jenis, yaitu CT Scan kontras dan non-kontras. CT Scan dengan kontras umumnya digunakan untuk mendeteksi kelainan pada pembuluh darah, tumor, infeksi, dan proses peradangan. Sedangkan CT Scan non-kontra seringkali memerlukan pemeriksaan laboratorium pendukung dan anjuran puasa sebelum tindakan dilakukan.
Sementara itu, MRI menggunakan medan magnet dan radio gelombang untuk menghasilkan citra jaringan tanpa paparan radiasi. Sama seperti CT Scan, MRI juga terbagi menjadi pemeriksaan kontras dan non-kontras. Pemeriksaan ini dianggap lebih aman bagi pasien yang tidak dapat terpapar radiasi serta dapat menjadi pilihan bagi individu dengan klaustrofobia ringan, bergantung pada kondisi klinis dan indikasi medis.
Dalam diskusi tersebut, Beliau juga menyampaikan pentingnya penerapan metode FAST (Face, Arm, Speech, Time) sebagai skrining awal gejala stroke. Deteksi cepat melalui perubahan pada wajah, kelemahan lengan, serta gangguan bicara menjadi indikator penting untuk segera dilakukan pemeriksaan pencitraan otak guna menentukan penanganan medis yang tepat.
